Bogor - Deretan makam itu tampak asri dan teduh dalam rimbun pohon Kamboja. Hawa terasa sejuk dan segar karena berada di daratan setinggi 1.000 meter di atas permukaan laut Gunung Pangrango menjadi penghias latar pemandangan menjadi semakin indah.
Namun, ini bukan makam warga setempat, nama yang tertera adalah nama asing. Salib menjadi penanda batu nisan makam tersebut. Salib ini pun berbeda bentuknya, yaitu simetris dengan bentuk melebar ke arah setiap ujungnya, hampir seperti kembang empat helai. Eisernes Kreuz atau Salib Besi, itulah nama asli salib ini. Ini adalah salib lambang militer tentara Jerman.
Pemakaman seluas 300 meter persegi ini ada di dalam wilayah perkebunan PTP Nusantara VIII di Cikopo, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Hanya sekitar 70 km ke selatan Jakarta. Namun untuk menuju lokasi, jalannya memang berkelak-kelok lalu melewati dua pesantren. Saat detikcom berkunjung, Kamis
(8/4/2010), suasana makam tampak resik terjaga.
Pemakaman yang berisi 10 jenazah tentara Jerman ini adalah saksi bisu kehadiran pasukan Nazi Jerman di Indonesia dalam Perang Dunia II. Namun, warga setempat pun tidak menyadarinya. Mereka justru menduga itu makam orang Belanda. Padahal di dekat pintu masuk pemakaman, ada prasasti dari Kedubes Republik Federal Jerman di Jakarta. 'Deutscher Soldatenfriedhof' atau Taman Makam Tentara Jerman.
"Ini sudah lama, dulu yang jaga di sini suami saya, Pak Jaja. Tapi Bapak sudah meninggal. Sekarang saya sama anak yang jagain," kata Ema (70) saat ditemui detikcom di rumahnya, di sebelah makam.
Lurah Sukaresmi, Asep Sudayat, juga tidak bisa bercerita banyak. Menurut dia, makam ini sudah ada sejak tahun 1930-an. "Memang orang sini tidak begitu tahu persis sejarah keberadaan mereka ini, tahu-tahu sudah ada. Soalnya dulu ini sulit ditempuh, karena jalanan yang masih berbatu dan baru satu tahun lalu diaspal," jelasnya.
Namun, sejumlah dokumen ilmiah yang ditelusuri detikcom akhirnya bisa mengungkap
kisahnya lebih jelas. Adalah Herwig Zahorka, sejarawan Jerman yang pernah menerbitkan tulisan soal makam ini pada 2001 dalam sejumlah artikel. Menurut Herwig, ini adalah makam para tentara angkatan laut Jerman pada Perang Dunia II. Namun, lokasi ini sudah dimiliki orang Jerman sejak 1920-an.
Adalah kakak beradik dari Jerman, Emil dan Theodor Hellferich yang membeli tanah di Sukaresmi seluas 900 hektar dan membangun perkebunan teh, usai Perang Dunia I. Pada 1926, mereka lalu membangun tugu untuk mengenang teman-teman mereka yang gugur dalam PD I. Tugu itu bertuliskan, 'Dem Tapferen Deutsch-Ostasiatischen Geschwader 1914' atau Armada Jerman-Asia Timur yang Gagah Berani 1914. Nah, selama mereka membangun perkebunan teh, banyak orang Jerman lain yang bergabung dengan mereka. Ada dokter, insinyur, tukang kayu, seniman dan lain-lain. Helfferich bersaudara kembali ke Jerman pada tahun 1928 dan perkebunan teh diurus oleh Albert Vehring.
Akhirnya Perang Dunia II meletus pada 1939. Adolf Hitler yang disokong oleh Partai Nazi mendeklarasikan perang. Belanda ikut diinvasi Jerman. Hal itu pun berbalas di Hindia Belanda. Tentara Belanda menangkapi warga Jerman di Hindia Belanda, termasuk para pengurus perkebunan teh. Mereka dikirim ke kamp tawanan perang dan perkebunan teh mereka diambil paksa oleh Belanda.
Namun hal itu pun tidak berlangsung lama. Jepang yang merupakan sekutu Jerman, menaklukkan Belanda pada 1943. Tentara Jerman pun masuk lagi ke Jawa bersama Jepang, namun rupanya masuknya tentara Adolf Hitler ini tidak tercatat dalam sejarah. Mereka adalah Angkatan Laut Nazi Jerman (Kriegsmarine) dari armada kapal selam (U-Boot) U-195 dan U-196. Mereka mengambil alih lagi kebun teh di Sukaresmi.
Seperti dicatat sejarah, Jerman dan Jepang kalah dalam Perang Dunia II. Para tentara Jerman ini pun gugur satu persatu, dan 10 di antaranya dimakamkan di Megamendung. Mereka adalah:
1. Letnan Friederich Steinfeld, meninggal karena disentri dalam tawanan pasukan sekutu
2. Letnan Satu Laut Willi Schlummer, dan
3. Letnan Insinyur Wilhelm Jens, keduanya gugur di tangan pejuang kemerdekaan Indonesia pada 1945 karena disangka tentara Belanda
4. Letnan Laut W Martens, terbunuh dalam perjalanan kereta api Jakarta-Bogor
5. Kopral Satu Willi Petschow, meninggal karena sakit di perkebunan teh mereka
6. Letnan Kapten Herman Tangermann meninggal karena kecelakaan
7. Dr Heinz Haake
8. Eduard Onnen
9 & 10. Dua makam 'Unbekannt' atau tanpa nama.
sumber:detiknews
Rabu, 26 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar